www.hizbulwathan.or.id – Surakarta: Ahad, 12 November 2017 Kwarwil HW Jawa Tengah menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya Pandu Putri di Universitas Muhammadiyah Surakarta dimulai pukul 09.00-17.00 wib. Pada pembukaan Ketua Panitia Ibunda Masyrifah melaporkan “kehadiran peserta kurang lebih 200 orang yang berasal dari utusan se-Jawa Tengah terdiri dari: Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah, Pimpinan Daerah Nasyi’atul ‘Aisyiyah, Kwarda HW, Qabilah PTM dan Dewan Sugli Daerah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkuat hubungan antar organisasi otonom di Jawa Tengah khususnya pandu putri, meningkatkan mutu pandu putri dan memperjelas peran pandu putri”.
Ibunda Ismokowesi dalam sambutannya “Bidang Pandu Putri Kwarwil HW Jawa Tengah menjadikan pertemuan hari ini sebagai salah satu wahana sinergisitas pandu putri dengan ortom lainnya dan untuk menggiatkan pandu putri, oleh karena itu perlu saran pikiran dari para narasumber dan undangan”.
Dan sambutan berikutnya oleh Ramanda Anjar Ketua Kwarwil HW Jawa Tengah, “kami ucapkan terima kasih kepada Univ Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang telah memfasilitasi kami untuk penyelenggaraan kegiatan ini. Rektor UMS adalah kader HW beliau pendiri dan mantan ketua Qabilah UMS, riuh peserta memberikan tepuk tangan. Dalam menghadapi persoalan perempuan kita harus responsif terhadap perubahan zaman, mengapa?, karena kita saat ini berada di era yang lompatan kemajuannya sangat cepat, maka jika kita tidak ikut melompat, kita akan ketinggalan dan ditinggalkan. Berdasarkan penelitian, dari 62 negara di dunia, Indonesia urutan ke-60 dalam hal literasi, sedangkan dalam hal pengguna medsos, Indonesia urutan ke-2 di dunia. Hal ini sungguh sangat perlu kita antisipasi bisa dimulai dengan hal-hal kecil misal di dalam keluarga, kita budayakan literasi, matikan HP sejak magrib hingga jam 9 malam kita gunakan untuk membudayakan literasi. Dengan harapan kita bisa menyiapkan generasi yang cerdas, adaptif dan siap melakukan lompatan”.
Sambutan terakhir oleh Ramanda Uun Harun Syamsuddin, salah satu Ketua Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan yang membidangi pendidikan dan pelatihan, beliau hadir karena permintaan Kwarwil HW Jateng untuk menjadi narasumber di kegiatan seminar lokakarya pandu putri, beliau menyampaikan bahwa “prinsip dasar HW adalah aqidah, tauhid dan akhlak mulia, dan jika hal ini tidak diterapkan oleh masyarakat kita, maka bangsa ini bisa hilang diganti dengan bangsa lain. HW satu-satunnya kepanduan yang berkarakter, hal ini dibuktikan dengan adanya kebangkitan HW tahun 1999, padahal ada 60 lebih kepanduan yang pada masa orde lama dilebur. HW juga diartikan sebagai pasukan bela negara, pembela tanah air, atau bela negara. Oleh karena itu HW harus menjadi kader ideologis praktis”.
Seminar dan lokakarya dimulai dengan materi Urgensi Kebangkitan Pandu Putri dari Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Ibunda Soimah Kastolani, materi kedua tentang Pengkaderan Pandu Putri oleh Ibunda Yuni utusan dari Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Tengah, materi ketiga oleh Ramanda Uun: HW merupakan wahana strategis pembibitan kader ideologis praktis untuk melanjutkan perjuangan Muhammadiyah dan materi terakhir Fikih Wanita. (saa)