Pidato Ketua Umum Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Pada Milad ke-102 Hizbul Wathan
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur mari kita panjatkan atas karunia Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah memberikan nikmat kepada kita, sehingga di usia ke-102 HW, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu secara virtual memperingati Milad Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
Sholawat dan salam, senantiasa kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita menjadi pribadi yang dapat meneladani beliau dalam segala aspek kehidupan kita sehari-hari.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan lahir di pentas sejarah melalui jalan panjang sarat dinamika. Kyai Haji Ahmad Dahlan seorang Ulama yang berpikiran jauh kedepan, tahu apa yang diperlukan Muhammadiyah pada waktu itu, yang pada akhirnya mendirikan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan pada tahun 1918.
Hari tersebut bertepatan pada Ahad siang, pertemuan yang diadakan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Somodirdjo, Syarbini dan seorang lagi dari Muhammadiyah Kotagede, bukan suatu rapat yang memperbincangkan suatu masalah, melainkan seperti pertemuan anak dengan bapak atau antara murid dengan guru, atau antara santri dengan Kyai.
Kyai Haji Ahmad Dahlan menyampaikan apa yang dia lihat di Solo, Kyai berkata “saya tadi pagi di Solo pulang dari Tabligh, sampai di depan Pura mangkunegaran di alun-alun, melihat banyak anak berbaris, sebagian sedang bermain, dan semuanya berpakaian seragam. Itu baik sekali, adakah yang tahu itu apa?”
Rupanya Somodirdjo telah memahami apa yang dilihat oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan, Somodirdjo berkata kepada Kyai, bahwa itu adalah Padvinder Mangkunegaran yang bernama JPO (Javaansche Padvinder Organisatie), suatu gerakan pendidikan anak-anak di luar sekolah dan di luar rumah.
Mendengar keterangan itu, Kyai berkata “alangkah baiknya, kalau anak-anak keluarga Muhammadiyah di didik seperti itu untuk taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala”.
Sejak setelah pertemuan itu, Somodirdjo dan Syarbini mengadakan latihan bersama anak, remaja dan pemuda setiap Ahad sore di halaman sekolah Muhammadiyah Suronatan, yang dilatih baris-berbaris, olah raga, pertolongan pertama pada kecelakaan, kerohanian dan pengajian setiap malam Rabu.
Kisah sejarah itu merupakan titik awal kehadiran HW, tidak hanya sebatas nama, tetapi juga identitas diri, yang telah melintasi zaman, mulai lahir 1918 pada masa Penjajahan Belanda, dan terpaksa tidak aktif tahun 1942 pada masa penjajahan Jepang, ikut serta dalam perjuangan Kemerdekaan, dan kembali aktif pada tahun 1950 bersama kepanduan lain yang tergabung ke dalam IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia) menyelenggarakan Jambore Nasional Pertama IPINDO pada tanggal 17 Agustus 1955 di Karang Taruna, Pasar Minggu, Jakarta, dalam rangka memperingati 10 tahun Kemerdekaan Indonesia. Dan tidak aktif kembali pada tahun 1961, karena harus bergabung ke dalam Praja Muda Karana.
Dalam konteks pembentukan dan perjuangan kebangsaan, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah sebuah identitas dan energi perlawanan Muhammadiyah terhadap kaum penjajah, hadir sosok-sosok seperti Panglima Besar Jenderal Soedirman, Ir. Soekarno, Jenderal Besar TNI M. Soeharto, Kyai Haji Dimyati, Surono, Ki Bagus Hadikusumo, Abdul Kahar Muzakir, Mr. Kasman Singodimejo, Haji Adam Malik, Kyai Haji M. Yunus Anis, Ir Juanda, Dr. Soetomo, Kyai Haji Mas Mansur, dan lain-lain bersama para pendiri dan pejuang negeri yang lainnya, sungguh telah memberikan goresan tinta emas bagi kebangkitan dan kemajuan Negara Kesatua Republik Indonesia.
Semua hadir untuk dan atas nama INDONESIA yang bercita-cita untuk menjadi bangsa dan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, menjadi negeri Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
Karenanya, jika hari ini Hizbul Wathan menggelar Milad ke-102, maka sesungguhnya acara ini mengandung spirit perjuangan membangun Indonesia, sebagai mata rantai sejarah pergumulan yang panjang dan berkesinambungan. Milad ini bukan hanya ajang beretorika dan romantisme masa lalu saja, karena dalam sejarah pergerakannya kita terbukti “Sedikit Bicara, Banyak bekerja”, sehingga Milad ini kami hadirkan untuk membangkitkan kembali etos perjuangan dan meneguhkan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan menjadi teladan, cinta perdamaian persaudaraan, sopan santun dan perwira”
Di masa pandemi ini, kami mengajak kepada seluruh komponen bangsa untuk menjadi contoh yang baik, teladan yang berakhlak mulia, dan optimis menghadapi semua permasalahan seperti Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Melalui Milad ini kita ingin membangun persepsi dan alam pikir positif konstruktif sekaligus sebuah optimisme baru, bahwa bangsa yang besar dan maju adalah bangsa yang memiliki keyakinan dan karakter kuat untuk maju, berpikir dan bekerja produktif, berfikir rasional dan objektif, dan memiliki visi yang berkemajuan.
Kita harus memiliki mentalitas kuat, dengan sifat-sifat utama seperti jujur, amanah, terpercaya, disiplin, tanggungjawab, mandiri, kuat pendirian, toleran, harmoni, suka bekerjasama, peduli sesama, dan mentalitas terpuji lainnya. Sebaliknya menjauhi sikap manja, malas, curang, aji mumpung, korup, menerabas, dan sifat-sifat menyimpang lainnya yang dapat merugikan diri sendiri dan kehidupan bersama. Dari Milad ini diharapkan mendorong pikiran-pikiran cerdas, peoduktif, inspiratif, dan membumi sebagai jalan perubahan membangun daya saing bangsa.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan terus mencoba melakukan yang terbaik untuk pencerahan bangsa, sebagai ujung tombak Persyarikatan Muhammadiyah menghadirkan Islam Berkemajuan, yang menyebarkan misi rahmatan lil’alamin melalui amaliah nyata.
Akhirnya, kepada seluruh anggota Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di seluruh Indonesia, mulai dari Pandu Athfal, Pandu Pengenal, Pandu Penghela, Pandu Penuntun, Para Pelatih, Para Anggota dan Pimpinan Kwartir dan Qabilah, teruslah berjuang melalui Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, tanamkan kepercayaan diri kalian, tingkatkan eksistensi kalian, berani berkarya nyata, untuk Persyarikatan, umat dan Bangsa kedepan yang lebih baik.
Saya Muchdi Purwoprandjono, mengucapkan Selamat Milad Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan yang ke-102, Meneguhkan Gerakan Kepanduan, Cinta Perdamaian Persaudaraan, Sopan Santun dan Perwira”
Nasrun minallahi wa fathun qarib,Fastabiqul Khairaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 20 Desember 2020