Menjadi Pandu Hizbul wathan merupakan kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspetasi tanggung jawab yang diemban oleh Pandu Hizbul wathan, dari makna Hizbul wathan cinta tanah air, maka seharusnya pandu dapat bertindak sebagai penggerak yang mengajak seluruh masyarakat untuk dapat bergerak dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, dengan pertimbangan berbagai ilmu, gagasan, serta pengetahuan yang dimiliki. Bukan waktunya lagi sebagai kader HW hanya diam dan juga tidak peduli dengan krisis intelektual bangsa dan Negara.
Eksis atau hilang. Terlepas dari segala makna yang diberikan kepada seorang pandu HW, apakah sepadan dengan pergerakan atau perubahan yang telah dibuatnya?
Namun, ketika pandemic Covid-19 terjadi di Indonesia, bagaimana kabar intelektual kader Hizbul wathan? Apakah hanya sibuk dengan tugas? Atau nonton drama berepisode-episode setiap malam? Atau hanya bersenang-senang dengan hewan peliharaan? Atau bahkan ada niatan untuk menikah muda?
Pada masa sebelum ada pandemi, Pandu Hizbul wathan berkegiatan dengan jadwal-jadwal rapat nan padat, masih bisa berbangga dengan pencapaian dalam ruang lingkup kemasyarakatan. Beberapa kegiatan, seperti menjadi relawan, mengajar anak-anak di kolong jembatan, sampai mendatangi daerah-daerah terpencil untuk melakukan peningkatan intelektual pandu Hizbul wathan. Dan masih banyak lagi cerita-cerita yang menggema tentang sosok para pandu HW.
Waktu begitu cepat berlalu dan kegiatan tersebut pula ikut berlalu. Bagaimana tidak, kegiatan di luar rumah dibatasi karena untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Tidak ada persiapan dalam situasi seperti ini, karena boleh dikata hal seperti ini “dadakan” dan di luar dari dugaan.
Berpindah haluanlah kegiatan pandu HW, dari yang masuk ekstra HW secara offline, sekarang hanya menggunakan aplikasi berbasis online sambil rebahan. Dari yang kajian di waktu senja, sekarang hanya link grup kajian online yang bertebaran. Dari rapat-rapat yang tidak hentinya, sekarang hanya rapat virtual dengan smartphone.
Melahirkan kader progresif. HW sebagai organisasi kepanduan Islam, memiliki tanggung jawab sosial yang besar dalam memainkan arah perubahan, menuju bangunan peradaban, menuju bangunan peradaban progresif. Di usianya yang ke-102, HW memiliki tanggung jawab sejarah yang besar dalam melahirkan aktor-aktor progresif di tengah keterpurukan bangsa Indonesia yang mengalami krisis multidimensional.
Lahirnya Pandu yang progresif tersebut merupakan keniscayaan dalam membangun peradaban baru bagi bangsa Indonesia, sebab bukan hanya akan menghadapi tantangan dari luar, berupa neo liberalisme yang merupakan bagian dari neo imperialisme, tetapi juga para penguasa yang zalim, yang tidak perpihak pada rakyat kecil. Michael pother (Ekonom AS) mengatakan, bangkitnya suatu bangsa membutuhkan modal sosial, berupa kesadaran masyarakat dalam membangun bangsanya.
Ketika menempatkan intelektual hanya sebatas-batas pengetahuan semata, maka yang ada adalah kekeliruan yang akan menjerumuskan seseorang untuk berpihak kepada apa yang kuat dan bukan kepada apa yang benar atau disebut oleh Boni Hargens sebagai intelektual tukang yang setiap analisanya ditentukan oleh kepentingan kekuasaan dan ditakar dengan uang, dengan kata lain mereka bekerja untuk kepentingan politik-kekuasaan.
Senada dengan itu, menurut sarumpaet, keberadaan dan peranan kaum intelektual menjadi penting lantaran langkahnya punya dasar berpijak yang di dalamnya menyimpan gagasan untuk perbaikan menghadapi masa depan. Maka, di manapun di dunia ini, kaum intelektual kerap bertindak sebagai pioner, perintis dan pemberi pencerahan atas kehidupan manusia.
Ketika intelektualitas telah menjadi gerakan itu sendiri maka itulah saat yang tepat di mana gerakan HW hadir sebagai gerakan yang mencerahkan peradaban dan seluruh penghuni bumi, termasuk di dalamnya aktivis HW dan Muhammadiyah sebagai payung pencerahan itu sendiri. Mari kita generasi HW hari ini untuk secara bersama-sama mengambil peran untuk mencerahkaan diri dan masyarakat untuk lahirnya peradaban yang membawa kesejahteraan bagi seluruh umat manusia yang di atas muka bumi.
Lebih dari itu, yang mestinya dilakukan oleh kalangan intelektual khususnya kader-kader HW adalah membangun suatu diskursus yang mampu mendorong terbangunnya historical block dan gerakan sosial baru bagi tiap-tiap warga Negara Indonesia, khususnya dalam kampus sebagai basis gerakan intelektual.
Fathonah dalam berpikir, berwawasan dan menghasilkan karya pemikiraan. Adalah naif jika elemen organisasi Hizbul wathan mengabaikan tugas mulianya untuk menghidupkan gerakan intelektualnya. Itu akan tercermin jika organisasi kepemudaan yang sudah berusia satu abad ini tumpul dalam menggoreskan kepanduannya. Kepanduan HW yang memiliki corak gerakan keilmuan, dan jelas Hizbul wathan menuntut kadernya menghasilkan ide-ide segar dalam mengintervensi sosial menuju perubahan yang progresif dengan keilmuannya. Lebih lanjut, ide-ide segar mutlak diabadikan dalam sebuah karya berupa tulisan yang tertata dengan baik oleh segenap pandu Hizbul wathan.
Gerakan menulis, sebagai gerakan kepanduan yang disebut gerakan elite, HW menjadi bagian dari pelaku penghasil gagasan bagi bangsa Indonesia. Ide atau gagasan akan sangat bernilai saat digulirkan oleh kaum elite seperti aktivis HW dengan cara menuliskannya dengan tepat. Karya tulis yang dilakukan oleh elite HW adalah sebuah perwujudan HW dalam mendinamiskan gerakan intelektualnya.
Gerakan menulis bukanlah gerakan merangkai kalimat belaka. Ini adalah sebuah langkah konkrit sebelum bekerja di tengah masyarakat yakni dengan mengelaborasi sebuah isu terlebih dahulu. Atau dengan kata lain, gerakan HW dituntut ke-ilmiahannya dalam melakukan kerja nyata. Dan itu hanya bisa dikerjakan dengan melakukan penelitian yang tidak akan jauh dengan kerja menulis dan diskusi panjang. Gerakan menulis pun bisa direalisasikan oleh kader HW dengan menghasilkan karya tulis dalam berbagai macam bentuk. Baik, esai, opini, karya ilmiah yang mungkin juga diwujudkan dalam sebuah buletin, majalah, koran, buku, atau website.
Kemampuan gerakan intelektual yakni gerakan menulis, akan menjadi faktor utama dalam perubahan sosial. Saat karya tulis pandu HW bertebaran di Nusantara ini, pencerahan tengah dimulai oleh insan-insan muda yang peduli pada peradaban. Namun, HW pun dituntut cerdas dalam menggulirkan isu-isu keumatan dalam gerakan intelektual atau gerakan menulisnya. Tiada cara lain, pendalaman keilmuan bagi masing-masing pandu HW adalah wajib, terlebih bagi profesionalitasnya di bidang masing-masing.
Islam mengajarkan umatnya untuk memahami kehidupan di dunia untuk mencapai akhirat dengan perenungan yang mendalam. Aqidah, akhlak, ibadah, muamalah atau keduniaan adalah menjadi ‘core-business’ gerakan HW. Dalam hal ini HW sangat diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada umat bagaimana caranya untuk mencapai keempat bagian dari Islam tersebut. Agar, umat benar-benar memahami aqidah, akhlak, ibadah, dan muamalah yang sesuai dengan Al Quran dan Hadist. Hal keempat itulah, yang menjadi isu utama dalam gerakan menulis HW sebagai perwujudan gerakan intelektualnya.
Bermacamnya karakter pandu HW menjadi keberkahan tersendiri bagi gerakan intelektualnya. Pembagian tugas menjalani kerja intelektual akan menjadi penyelaras kerja setiap kader HW sesuai profesionalitas yang dimilikinya. Gerakan menulis HW akan mendorong tujuan Muhammadiyah yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Terkhusus dalam muamalah, gerakan HW dituntut melakukan pembaharuan-pembaharuan untuk menyeimbangkan dinamisnya kehidupan ini. Pandu HW perlu melakukan dobrakan dalam isu-isu terkini seperti sosial, ekonomi, politik, seni, dan budaya. Isu inilah yang sebenarnya juga menjadi tantangan berat bagi pandu HW di era kemajuan teknologi informasi.
Kerja nyata aktivis HW bisa diwujudkan dalam sebuah kegiatan yang dinamis di lingkungan kampus. Dunia kampus adalah dunia keilmuan. Dan dunia keilmuan adalah ilmiah. HW tidak bisa tidak, mutlak menghidupkan dunia keilmuannya dengan terus menerus melaksanakan kajian rutin, diskusi rutin, seminar, kuliah umum, penelitian, pelatihan-pelatihan, bakti sosial dan lainnya. Hal-hal itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gerakan intelektual HW. kegiatan-kegiatan tersebutlah yang akan menjadi titik tolak bagi setiap kader untuk melakukan dobrakan atau pembaharuan.
Etos belajar untuk selalu mengembangkan diri. Di samping meningkatkan diri sendiri dan orang lain yang harus dipunyai seorang Pandu Hizbul wathan yakni mengembangkan diri dengan cara ditandai sebagai bidang praktik sekaligus bidang penelitian.
Berbagai bentuk pengembangan baik ekonomi, politik, biologi, organisasi atau perseorangan membutuhkan kerangka kerja untuk mengetahui apakah sebuah perubahaan benar-benar terjadi. Dalam kasus pengembangan diri, seorang individu kerap kali bertindak selaku juri apakah terjadi peningkatan atau kemunduran, tapi validasi peningkatan membutuhkan assessment menggunakan kriteria standar.
Kerangka kerja pengembangan diri ini bisa termasuk sasaran atau patokan yang menentukan titik akhir, strategi atau rencana untuk mencapai sasaran, pengukuran dan assessment kemajuan, tahapan-tahapan yang menunjukkan lompatan/kemajuan selama proses pengembangan, dan sistem feedback yang menyediakan informasi atas perubahan.
Moderat dalam bersikap, berpikiran dan bertindak: “Dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah,” (QS. Al-Hadid: 22).
Dalam kondisi pandemi, sikap moderat dalam beragama diantaranya yaitu pertama, bersabar menghadapi musibah Covid-19. Sabar merupakan manifestasi keyakinan teologis (akidah) yang diimplementasikan dengan sikap (akhlak) dalam menghadapi praksis kehidupan sehari-hari.
Kedua, mengikuti anjuran pemerintah, pakar dan pihak berwenang dalam penanganan Covid-19. Ketiga, mengutamakan keselamatan manusia sesuai dengan kaidah fikih atau menghilangkan kemudharatan itu harus didahulukan ketimbang mengambil manfaat.
Keempat, tolong menolong dalam mengatasi Covid-19 dan dampaknya. Tolong menolong harus ikhlas tanpa dibatasi suku, agama dan status sosial. Ini merupakan perwujudan dalam memperkokoh ukhuwah Islamiyah, Basyariyah, dan Wathoniyah. Teruslah berkarya!
Daftar Pustaka:
Arifin, Syaiful. 2011. Kaderisasi Organisasi. https://akusyaifularifin.blogspot.com/2011/05/kaderisasi-organisasi.html?m=1 (diakses tanggal 3 Juli 2020).
Hasanah, Sofilatul. 2017. Memahami Sifat “Fathanah” Rasulullah SAW. www.kompasiana.com/sofiii/59ec8062a01dff58fe56f244/memahami-sifat-fathanah-rasulullah-saw (diakses tanggal 4 Juli 2020).
Laila, Kumila. 2017. Sudahkah Anda Progresif. www.kompasiana.com/kumil_laila/sudahkah-anda-progresif_58a94a151cafbd013520a722 (diakses tanggal 4 Juli 2020).
Mubarak, Ilham. 2015. Aktualisasi Jiwa Pemimpin , Membentuk Karakter Intelektual Sejati. www.kompasiana.com/amp/ilham_mubarak/aktualisasi-jiwa-pemimpin-membentuk-karakter-intelektual-sejati_563e2cc8b79373bb0b86672d (diakses tanggal 4 Juli 2020)
www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-progresif-dan-contohnya/ (diakses tanggal 5 Juli 2020).
Wiharto. 2017. Moderat dalam Bersikap, Berfikir dan Bertindak. http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-12243-detail-moderat-dalam-bersikap-berfikir-dan-bertindak.html (diakses tanggal 7 Juli 2020).