Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) sudah teruji sejak seabad silam tetap konsisten untuk mengawal dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang digaungkan oleh Persyarikatan. Tidak hanya menjaga keberlangsungannya, tetapi para pandu yang sudah ditempa di dalam kepanduan Hizbul Wathan juga turut merintis dan memulai denyut nadi kehidupan dakwah Muhammadiyah.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pandu HW yang turut berjasa merintis ranting dan cabang di berbagai pelosok nusantara pada masa awal pergerakan Muhammadiyah. Bahkan di beberapa tempat, kepanduan HW lebih dahulu masuk, baru kemudian disusul berdirinya ranting/cabang Muhammadiyah.
Sebut saja K.H.A.R. Fakhruddin yang akrab disapa Pak AR. Pada tahun 1935, Pak AR yang saat itu juga pandu HW muda, dilesatkan oleh Hoofdbestuur Muhammadiyah untuk menjadi anak panah dakwah Persyarikatan ke Talangbalai, Sumatera Selatan. Di sana Pak AR mendirikan sekolah Muhammadiyah dan aktif memimpin pelatihan HW.
Bukan main militansi para pandu HW yang dipimpin oleh Pak AR. Betapa tidak, 11 orang pandu HW yang dipimpin oleh Pak AR ini rela menempuh 1.300 kilometer dari Palembang menuju arena Kongres Muhammadiyah ke-28 di Medan dengan susah payah mengayuh sepeda. Kisah heroik penuh hikmah ini kemudian diangkat menjadi sebuah film “Meniti 20 Hari” yang sukses digarap oleh LSBO PP Muhammadiyah pada tahun 2017.
Seakan mencoba meneladani lembaran sejarah, pada 25 Oktober 2019 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah resmi berdiri di Hadramaut, Yaman dengan pemimpin pertamanya : Muhammad Arsyad Arifi. Penulis mengenal Arifi sebagai salah seorang pandu HW yang militan dan mempunyai ide progresif. Ia adalah lulusan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2017 yang saat ini tengah melanjutkan studinya ke Universitas Imam Syafii Mukalla, Hadramaut. Sebelumnya ia merupakan mahasiswa salah satu kampus Islam di Jakarta, kemudian di tengah studinya, ia memutuskan untuk berpindah ke Yaman.
Arifi sudah mengenal HW sejak usia 8 tahun ketika masih menjadi pandu Athfal di SD Muhammadiyah Domban 3. Dari sana kecintaan Arifi terhadap kepanduan Hizbul Wathan semakin merekah dengan keikutsertaannya pada Jambore Nasional HW ke-2 di Kaliurang 2010.
Pada tahun ketiganya menimba ilmu di Madrasah Mu’allimin, tepatnya 6 Desember 2013, Arifi bersama kawan-kawannya sesama alumni Jamnas HW Kaliurang, atas arahan Kwarcab HW Tempel kemudian bersama-sama merintis Dewan Syughli Cabang HW Tempel (DSC HW Tempel) ia kemudian diangkat sebagai ketua pertamanya. Persis hingga sebelum kepindahannya ke Jakarta untuk kuliah, ia masih berkegiatan aktif di DSC HW Tempel.
Dari Madrasah Mu’allimin, partisipasinya di HW kian meningkat. Ia berhasil tuntas menempuh salah satu latihan dan kegiatan HW terberat yang pernah ada di Madrasah Mu’allimin, yaitu “Gladi Tangguh (GT)”. Kegiatan tingkat qabilah itu menantang dan melatih pesertanya untuk mampu bertahan hidup dengan prinsip pengembaraan nomaden dan survival selama kurang lebih 5 hari 4 malam (durasi dapat bervariasi tiap pelaksanannya). Para peserta nyaris menempuh perjalanan sepanjang 80 km dengan berjalan kaki siang-malam di medan yang berat. Pada saat itu, GT diperuntukkan bagi para Penghela di Madrasah Mu’allimin dan Pengenal dengan syarat tertentu. Kelulusan GT menjadi prasyarat bagi Penghela di Mu’allimin untuk dapat mengenakan tanda pita Qabilah (pita bahu/kloncer lengan) yang menjadi sebuah keistimewaan tersendiri.
Selain itu, Arifi juga turut aktif sebagai anggota Dewan Eksekutif Penghela (DEP) Hizbul Wathan Madrasah Mu’allimin, IPM, dan Pemuda Muhammadiyah. Hingga menapakkan kaki di bumi Hadramaut, semangatnya untuk ber-Muhammadiyah tidak pernah padam. Cita-cita bersama untuk mendirikan PCIM Yaman akhirnya mendapat angin segar dengan keluarnya keputusan PP Muhammadiyah nomor 3113/KEP/I.0/D/2020 tertanggal 13 Mei 2020 yang isinya berkaitan dengan peresmian PCIM Yaman, dan menetapkan Muhammad Arsyad Arifi sebagai ketua.
“Di dalam HW kita dilatih untuk disiplin, bertanggung jawab, tertib, dan senantiasa memiliki daya kreasi. Akan tetapi yang paling berkesan adalah, HW mendidik saya untuk memiliki jiwa visoner dan kekaderan yang kuat.” tutur Arifi melalui pesan suara WhatsApp kepada penulis pada 12 Juni 2020. Selanjutnya Arifi berpesan, “Oleh karena itu, dimanapun pandu HW berada, bila di situ belum ada tempat untuk Muhammadiyah, ataupun sudah berdiri tetapi belum mapan, bahkan sudah berjalan dengan baik, di situ tetap peran kita sebagai seorang pandu HW harus kita tunjukkan.” tambahnya. Tahniah! Selamat berjihad untuk PCIM Yaman. (Hafizhan Arhab Juswil Jakarta)