Yogyakarta (29/05)— Muhammadiyah mendukung vaksinasi berjalan cepat agar pandemic segera berakhir. Demikian diungkapkan oleh Agus Samsudin, Ketua MCCC PP Muhammadiyah dalam Covid-Talk: Sosialisasi Terbaru Vaksin Astra Zeneca, Jumat 28 Mei 2021 yang diselenggarakan secara virtual.
Soal vaksinasi, menurut Agus Samsudin, Muhammadiyah sangat mendukung hal tersebut karena sebagai bagian dari ikhtiar agar terbebas dari pandemic Covid-19. Dengan dukungan dari Kementerian Kesehatan, Muhammadiyah sudah melakukan vaksinasi ke-10.
“Kami menawarkan kepada dr. Asik Surya, barangkali bisa disampaikan kepada Pak Menteri atau Pak Sekjen, kami punya 115 Rumah Sakit Muhammadiyah Aisyiyah (RSMA) yang siap melakukan vaksinasi dan bisa kami koordinasikan,” ujar Agus Samsudin.
Vaksinasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah tidak terbatas hanya untuk warga Muhammadiyah saja, tetapi untuk kepentingan seluruh bangsa Indonesia. “Seperti yang dilakukan di UMS kemarin, kami memvaksinasi 2.500 orang lintas agama,” lanjutnya.
Dokter Asik Surya (dokter Surya), MPPM. Kepala Sub Direktorat Imunisasi, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Dirjen P2P Kementrian Kesehatan dalam paparannya mengatakan dalam proses imunisasi, vaksinasi membutuhkan satu sinergi antara masyarakat dengan pemerintah.
“Pemerintah menyiapkan 3T (Test, Treat, Trace) dan masyarakat dengan 3M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak). Namun akan menjadi high cost ketika masyarakat lalai dengan 3 M, maka 3T akan jebol bukan sekedar biaya, juga dengan resiko bagi lansia, mereka dengan penyandang komorbit ini akan menyebabkan banyak kematian,” kata Dokter Surya.
Dokter Surya menambahkan terkait dengan vaksin Astra Zeneca yang telah mendapatkan Emergency Use Listing aman dan efektif dari WHO. “Interval pemberian memang agak lama dibanding dengan vaksin Sinovac, mencapai 12 minggu. Ini menjadi sangat penting untuk mengingatkan kembali bahwa sudah 3 bulan, harus ada mobilisasi. Efektifitasnya juga cukup tinggi 77,2 % setelah pemberian kedua,” imbuhnya.
Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), dokter Surya mengatakan belum ada ditemukan KIPI berat. Dokter Surya mengutip pernyataan Wakil Menteri Kesehatan dokter Dante Saksono Harbuwono yang menyatakan bahwa KIPI memang ada, namun angkanya hanya 4,1 per 1 juta vaksinasi. Jadi sangat rendah KIPI-nya biasanya gatal-gatal ringan, tidak ada KIPI berat.
Dokter Surya mengungkapkan, vaksin Astra Zeneca manfaatnya lebih besar daripada resikonya. “Maka kita perlu untuk tetap memanfaatkan setelah diumumkan uji mutu itu baik, maka kita katakan bahwa vaksinnya cukup aman. Penjelasan Badan POM per tanggal 16 Mei 2021 berdasarkan pengujian dapat disimpulkan tidak ada keterkaitan antara mutu vaksin Astra Zeneca nomor bets CTMAV547 dengan kejadian ikutan yang dilaporkan, oleh karena itu vaksin tersebut dapat digunakan kembali,” tegasnya.
Selanjutnya dokter Surya memaparkan suhu penyimpanan vaksin Astra Zeneca antara 2-8 derajat Celcius dan termasuk vaksin bebas dari pengawet serta tidak berasal dari bahan binatang maupun manusia, semua termasuk produk farmasetika. “Juga dari MUI mememberikan hukumnya mubah, penggunaan vaksin Astra Zeneca karena ini kita menghadapi situasi kedaruratan,” jelasnya.
Hingga kini, menurut dokter Surya, sudah 2 juta lebih dosis vaksin Astra Zeneca digunakan. “Terutama petugas publik itu sudah hampir 2 jutaan, ditambah dengan lansia, ditambah lagi dengan SDM Kesehatan. Dengan demikian penggunaannya sudah cukup tinggi sebetulnya, kalau kita lihat dari sisi dampak, efek samping maka dengan jumlah sebanyak 2 jutaan termasuk kecil,” imbuhnya.
Untuk strategi pemenuhan vaksin, dokter Surya mengungkapkan ke depan bukan sekedar membeli, tapi juga melakukan kerja sama bilateral. “Termasuk mungkin mengembangkan sendiri vaksin yang sampai saat ini dilakukan adalah vaksin merah putih, yang diikuti oleh banyak konsorsium dari universitas-universitas,” ungkap dokter Surya.(*)
Budi Santoso, S.Psi., M.KM.
Tim Media MCCC PP Muhammadiyah