Kamis, April 11, 2024
BerandaBERITA PERSYARIKATANProf Haedar: Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam Tidak Lepas dengan Tajdid

Prof Haedar: Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam Tidak Lepas dengan Tajdid

YOGYAKARTA – Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam tidak lepas dengan Tajdid. Tajdid mengandung makna pembaruan yang memiliki arti dan konteks yang sangat penting di dunia Islam dalam ajaran dan sejarah umat Islam. Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dalam Pengajian Ramadhan 1442 H pada, Jumat (16/4/2021).

Dalam tema “Tajdid Organisasi Muhammadiyah di Era Perubahan” ia menjelaskan hal tersebut bisa menjadi instropeksi atau muhasabah secara objektif tentang kondisi Muhammadiyah saat ini dan proyeksinya ke depan, apablagi diksi ‘tajdid’ yang mengandung makna pembaruan.

Pada muktamar ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta ditetapkan kebijakan “Re-tajdid” yang memperbarui Muhammadiyah di bidang ideologi, bidang perjuangan, bidang dakwah, dan amal usaha. Namun yang belum tergarap Re-tajdid adalah di bidang organisasi. Tajdid bidang organisasi tidak linier berkaitan dengan kelembagaan, tapi berkaitan dengan nilai, pelaku, sistem atau struktur, budaya, dan lingkungan.

Pada karakter dan orientasi gerakan tajdid, modern, dan reformis ditemukan sejumlah fakta atau kecenderungan yang menarik dalam sebagian organisasi Muhammadiyah. Diantaranya, gejala berpikir tekstual atau puritan.

Pada era pandemi menurut Prof Haedar Nashir terdapat sebagian anggota yang tidak mengikuti tarjih dan tetap beribadah di masjid dengan argument ‘tidak perlu takut covid, takutlah kepada Allah’. Padahal pemikiran resmi Muhammadiyah maupun majelis tarjih dengan berbagai fikih komtemporer sangatlah maju dan progresif.

Tetapi, lanjut Prof Haedar, dalam wacana pemikiran ke luar dan di ruang publik ada sebagian kecil kecenderungan elite dan mubaligh Muhammadiyah bersikap “reaktif” dan “konservatif” dengan karakter puritan yang masih kuat.

Selanjutnya, pengelolaan organisasi konvensional, Muhammadiyah modern telah mempu beradaptasi dengan era digital salah satunya memiliki Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM) untuk menjadi sentral modern pengelolaan organisasi. Namun secara lebih detail perlu pengelolaan organisasi yang lebih canggih agar semakin modern sehingga anggota Muhammadiyah tidak gagap teknologi, jelasnya.

Lantas untuk menghadapi kehidupan modern yang kompleks salah satunya denngan memperhatikan kondisi lingkungan strategis di tingkat nasional maupun global. Revolusi industri 4.0 terjadi besar-besaran melalui perpaduan teknologi yang mengurangi sekat antara dunia fisik, digital, dan biologi. “Revolusi yang ditandai dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang seperti robot, computer kuantum, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak.” Untuk menghadapinya, dibutuhkan ketrampilan pekerja yang sangat berbeda dibandingkan 10 tahun yang lalu.

Ketrampilan pekerja yang harus dimiliki yaitu higher order of thinking (berfikir tingkat tinggi) dan complex problem solving (memecahkan masalah yang belum pernah ada); social skill (kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi dan mentoring); critical thinking (berfikir kritis); dan cognitive abilities (yang terdiri dari cognitive flexibility, creativity, dan logical reasoning). (Disa)

Red
Redhttp://www.hizbulwathan.or.id
Kwartir Pusat Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan merupakan Organisasi Otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang berada di tingkat Pusat, yang mempunyai struktur organisasi dibawahnya terdiri dari Kwartir Wilayah yang berada ditingkat Propinsi, Kwartir Daerah berada di tingkat Kota/Kabupaten, Kwartir Cabang berada di tingkat Kecamatan dan Qabilah berada di amal usaha Muhammadiyah bidang pendidikan (sekolah, pondok pesantren, perguruan tinggi) atau berada di pemukiman warga / tingkat Ranting Muhammadiyah
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments

Lasiman,S.Pd pada Alamat Kantor