HIZBULWATHAN.OR.ID – Yogyakarta : Saat ini, kehidupan dakwah semakin keras. Banyak dari kita yang kehilangan kesadaran bahwa manusia adalah makhluk budaya yang memiliki sisi tertentu. Melalui Rakornas yang diadakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ustadz Fathurrahman Kamal, LC., M.Si., berujar bahwa Muhammadiyah memerlukan para dai dan mubalig yang mempunyai kesadaran tinggi, Sabtu (3/4/2021).
Diadakan secara daring, kegiatan tersebut diikuti oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dari seluruh Indonesia. Muhammadiyah memerlukan para dai dan mubaligh yang mempunyai kesadaran tinggi dan bersedia mengambil peran atas permasalahan aktual. Tak hanya itu, lanjut Fathurrahman, mereka serta merta bersedia melibatkan diri dalam kemajuan peradaban. “Karena itulah majelis tabligh PP Muhammadiyah mengharap dai dan mubaligh berada di garda terdepan dalam memproteksi masalah.”
Dalam konsep Muhammadiyah, komunikasi dakwah kita mengedepankan prinsip yang melawan rasialisme dakwah yaitu tidak bersikap saling memusuhi dalam masyarakat. Salah satu contoh yaitu sikap anti dialog di tengah derasnya arus narasi di sosial media, jelasnya. Lebih lanjut, agama dan keagamaan tidak bisa diandalkan hanya dengan satu postingan untuk memandang tentang suatu hal.
Dalam tantangan zaman yang semakin keras, kontribusi positif di tengah masayarakat sangat diperlukan, “Tentunya tanpa terjebak dalam narasi kontra yang memprovokasikan rasa kebencian diantara umat islam. Dinamika global yang tak bisa terlepaskan di dalam kehiudpan, mari kita teguhkan kembali dakwah yang berwawasan sosial. Dakwah yang menanamkan nilai-nilai islam di dalam seluruh dimensi sosial di tengah norma-norma yang berlaku saat ini.
Tak hanya sosial, dai dan mubaligh harus memberikan dakwah yang berwawasan humanistik. Menurut Fathurrahman, dai dan mubaligh hal tersebut dilakukan sebagai sikap mental dan emosional seorang dai dalam meletakkan umat islam dalam kerangka insaniyah yang sebenar-benarnya. “Tugasnya yaitu menumbuhkan kembali fitrah yang telah hilang tergerus arus dan menancapkan kesadaran spiritual dalam hati umat.”
Acara dibuka oleh Prof Dadang Kahmad, Ketua PP Muhammadiya dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa medan dakwah menurut klasifikasi sosial terdapat kalangan bawah, menengah, atas, marginal, kelas komunitas, dan kelas virtual. Kalangan atas yaitu kalangan dengan keberagaman yang mandiri. Mereka tidak mau dan tidak terdapat di organisasi, “Bagi mereka agama adalah kebutuhan batin.” Sementara untuk kalangan bawah adalah kelas fungsional yang mana agama akan mereka lakukan apabila memberikan nilai positif terhadap dirinya. Maksudnya, orang akan melakukan tindak agama sebagai kepentingan untuk mendapatkan rizki berlebih. (Disa)