Siap Hadapi New Normal, IMM Kaizen Membuat Kajian Bersama MCCC Surabaya

0
255

Pimpinan Komisariat IMM Kaizen Universitas Muhammadiyah Surabaya mengadakan kajian bersama Dr. Zuhrotul Mar’ah Lailatussholichah, Wakil Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Surabaya dan Fatkhur Huda, S.Sy., ME, Dosen FEB UM Surabaya pada hari Senin, 22 Juni 2020.

Kajian kali ini mencoba untuk mendiskusikan mengenai pemberlakuan New Normal dan bagaimana dampaknya pada masyarakat luas di Indonesia. Apakah bisa menjadi solusi bagi perekonomian atau malah membawa masalah baru yaitu kesehatan.

Mengawali dari pengertian New Normal, Dr. Zuhrotul menjelaskan mengenai dampak New normal dari sisi kesehatan. Beliau mengutip dari Juru bicara Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto bahwa, New Normal adalah tatanan, kebiasaan, dan perilaku baru berbasis adaptasi untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Dr. Zuhrotul menjelaskan mengenai enam syarat pemberlakuan New Normal menurut WHO yaitu:
Kemampuan untuk mengendalikan Penularan
2. Sistem kesehatan mampu mendeteksi, mengetes, mengisolasi, dan melakukan pelacakan kontak terhadap semua kasus positif.
3. Meminimalisasi risiko wabah khususnya di fasilitas kesehatan dan panti jompo.
4. Sekolah, kantor, dan lokasi penting lainnya bisa dan telah menerapkan upaya pencegahan.
5. Risiko kasus impor bisa ditangani.
6. Komunitas masyarakat sudah benar-benar teredukasi, terlibat, dan diperkuat untuk hidup dalam kondisi ‘normal’ yang baru.

Dr. Zuhrotul mengungkapkan bahwa new normal memiliki dampak kesehatan dan psikis yang bisa saja diterima oleh masyarakat. Misalnya penggunaan Handsanitizer yang terlalu berlebihan selama pandemi bisa menyebabkan Keracunan alkohol, Resistensi antibiotik, dan Kulit Iritasi. Sedangkan untuk dampak Psikis yaitu, Stress, Uncertainly (Ketidakpastian), Loss of Control.

Sementara itu Fatkur Huda, S.Sy., ME. Memberikan poin penting mengenai bagaimana dampak ekonomi beserta tantangannya. Menurutnya, Pemberlakuan PSBB dan phsical distancing tentu menciptakan konsekuensi terhadap peradaban masyarakat. Konsekuensi yang dimaksud adalah ancaman kemiskinan baru.

Badan Pusat Statistik (BPS) per september 2019 menunjukkan data jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah 24,97 juta orang atau 9,22 persen dari jumla penduduk. Sedangkkan pada masa panndemi Covid-19 diprediksi akan menaikkan angka pengangguran sampai dengan 12,49 persen atau sekitar 30,02 juta orang Sehinggga akan ada lonjakan kenaikan sekitar 3,27 persen.

Hal ini akan memberikan dampak penambahan jumlah kemiskinan dan pengangguran pada scenario sangat berat yaitu bertambah 4,86 juta orang miskin da penambahan 5,23 juta orang pengangguran yang akan masuk pada kelompok rentan miskin bahka jika pendemi ini tidak segera membaik maka mereka terancam akan masuk pada kelompok orang miskin.

Selain itu, Dosen FEB UM Surabaya ini juga mengingatkan untuk masyarakat harus siap dengan tatangan ekonomi global yang sedang keras-kerasnya. Seluruh sektor ekonomi semua terkena dampak tersebut. Ada usaha yang tutup karena tidak mampu bertahan, ada juga yang berhasil bertahan karena mampu untuk beradaptasi menggunakan startegi perdagangan online.

Dr. Zuhrotul dan Fatkur Huda mendorong kita untuk selalu mempersiapkan diri terhadap segala masalah yang ada mulai dari kesehatan hingga ekonomi. Maka dari itu perlu adanya kerja sama dan gotong royong sesama masyarakat sehingga mampu menciptakan era new normal ini dengan benar.

(Muhammad Iqbal Syahputra)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here