HIZBULWATHAN.OR.ID, Yogyakarta : Tauhid Lingkungan menjadi tema yang diangkat oleh Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MLH PPM) dalam kegiatan Tadarus Lingkungan yang diselenggarakan pada hari Kamis (15/04/2021) melalui zoom telekonfrensi video, yang diikuti oleh MLH dan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB ‘Aisyiyah) se-Indonesia.
Dalam sambutannya, Dr. Ir. Gatot Supangkat, M.S., IPM menyampaikan bahwa “ini merupakan kegiatan kedua tadarus lingkungan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang hubungan baik manusia dan lingkungan, yang harus terus dijaga, serta kita terus merawat lingkungan dimanapun kita berada”.
Senada dengan itu, Azis Abdul Aziz Anshari, S.IP selaku moderator membuka dialog mengatakan bahwa “Islam memandang lingkungan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan manusia, perbuatan merusak lingkungan adalah perbuatan yang dilarang di dalam Islam”.
Drs. H. Abdul Malik Usman, M.Ag., narasumber pertama menyampaikan judul materi yang ia bawakan adalah cara pandang terhadap eksistensi alam semesta dari perspektif tauhid. “penciptaan semesta raya didasari Al-Haq dan bertujuan pun dengan Al-Haq juga”.
“Kami perlihatkan kepada mereka, tanda-tanda keberadaan kami, hal ini menjadikan alam semesta sebagai pewarta Sang Pencipta, menjadikan alam sebagai manifestasi keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala”, ungkap Abdul Malik Usman Dosen Filsafat UGM.
Abdul Malik Usman yang juga anggota MLH PPM menambahkan, “oleh karena itu implikasi moral manusia harus bertindak arif dan sopan dalam menghadapi alam, jangan sampai seperti implikasi industrialisasi, alam dijadikan objek, dan tidak dapat melihat dimensi ilahiyah”.
Miftahul Haq, S.H.I., M.Si, narasumer kedua menyampaikan bahwa “apabila manusia tahu akan fungsi dan misinya di bumi ini, maka manusia tidak akan merusak alam, karena fungsi manusia sebagai hamba dan misi manusia sebagai khalifah, yang bertugas menjaga ekosistem alam, agar terjadi keseimbangan alam, agar alam tidak sakit”.
“Terkadang kita salah menangkap dimensi kearifan lokal di tengah masyarakat, seringkali sedekah bumi dianggap hal yang syirik dan bid’ah, padahal hal itu membuktikan bahwa masyarakat tersebut melakukan aktualisasi terhadap keberadaan Sang Pencipta, artinya yang kita harus tangkap adalah kearifan lokal masyarakat sebagai aktualisasi kesadaran manusia terhadap keberadaan Sang Pencipta”, ungkap Miftahul Haq Dosen UMY.
Miftahul Haq yang juga Wakil Sekretaris Majelis Tabligh PP Muhammadiyah menambahkan tentang “hubungan pemanfaatan manusia dengan alam, guna menunjang kehidupan diperbolehkan, asal tidak boros/berlebihan, dan dilarang menyalahgunakan pemanfaatan alam bagi generasi mendatang”.
“Banyak kerusakan lingkungan di Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim bukan karena ajaran Islam nya, tetapi karena kemampuan masyarakat dalam memahami ajaran Islam, oleh karena itu kita harus terus menerus memberikan pemahaman kepada masyarakat, ujar Miftahul Haq.