HIZBULWATHAN.OR.ID – Sebenarnya isu soal aktivis tidak dapat lulus tepat waktu selalu tertanam di benak mahasiswa. Hal tersebut dikarenakan aktivis lebih banyak waktu di organisasinya daripada waktu untuk belajar.
Tetapi persepsi seperti itu dipatahkan oleh Ayunda Dita Fitria Wati Mahasiswa Fakultas Hukum yang merupakan Kader Pandu Hizbul Wathan di Kafilah Penuntun Moh. Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Perempuan kelahiran Ponorogo ini dikenal mengikuti banyak organisasi. Seperti, Hizbul Wathan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Lembaga Pers Mahasiswa Pabelan, Relawan Masjid UMS, Komunitas Studi Penelitian dan Debat Fakultas Hukum dan Kontributor di beberapa media.
Selain itu, ia aktif di beberapa kepanitiaan nasional seperti seminar nasional MPR, Rakornas LBH muhammadiyah aisyiyah, Muktamar Muhammadiyah Aisyiyah ke 48 dan beberapa seminar nasional lainnya.
Selain itu, Ayunda Dita juga aktif menulis di beberapa laman media. Kader asli Jawa Timur ini masuk Universitas Muhammadiyah lewat jalur beasiswa.
Menariknya, ia menyelesaikan pendidikan 3,5 tahun dengan dua tugas akhir. Yang pertama lewat artikel publish sinta dan yang kedua skripsi pada umumnya.
“Sebenarnya kalau di Fakultas Hukum UMS itu kalau sudah publish di sinta tidak perlu sidang. Tapi kemarin artikelku keterima di SINTA 5, jadi belum puas aja. Yauda aku putar baik di skripsi. Jadinya satu semester aku buat dua tugas akhir deh,” kata Ayunda Dita menjelaskan.
Lebih lanjut, Dita mengungkapkan bahwa kunci utama dalam keberhasilan di prestasi adalah sungguh-sungguh dan ikhlas. Serta menjalankan apapun dengan sepenuh hati.
“Aku rasa, aku bukan tipe orang yang ambis dalam menjalankan sesuatu, namun perlahan tapi pasti. Dikerjakan dengan ikhlas dan sepenuh hati. Insyaallah semua ada manfaatnya. Aku tidak pernah menyangka bisa selesai di 3,5 tahun. Syukur alhamdulillah deh,” ujarnya kembali.
Di bawah bimbingan Dr. Rizka, S.Ag., M.H., Ayunda Dita mengaku dibimbing dan dituntun mulai dari nol agar bisa menyelesaikan penelitiannya yang berjudul “Kebijakan Penanganan dan Pengelolaan Limbah Kotoran Sapi Berdasarkan UU No 32 Tahun 2009,” hingga tembus Jurnal Hukum Sasana terindeks SINTA 5.
“Alhamdulillah punya dosen pembimbing yang super baik, selalu ngasih hadiah, motivasi dan saran untuk kedepannya. Mungkin jika tidak bertemu beliau aku masih ngambang dengan skripsiku,” tutur Dita.
Karena beliau orangnya sat-set, jadinya aku kebawa. Aku mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbingku karena sudah mengajarkanku banyak hal” tutur Dita menambahkan.
Menjadi aktivis memang bukanlah hal yang mudah. Aktivis kampus sebagaimana mahasiswa yang tidak berorganisasi tetap memiliki tanggung jawab harus lulus kuliah sebagaimana diamanatkan oleh orang tuanya.
“Sebenarnya dari awal aku sudah berpikir bahwa akan lulus 4 atau 4,5 tahun karena selain berorganisasi aku juga bekerja. Tetapi ada salah satu temanku yang bilang aktivis lulusnya lama. Mulai dari itu aku berniat untuk fokus ke akademik. Kalimat tersebut mampu jadi pecutan untuk aku,” terangnya.
Ia kemudian menambahkan, ke depannya ia ingin bisa fokus bekerja, meraih cita-cita dan membahagiakan orang sekitar.
Ia juga berpesan kepada mahasiswa lain untuk senantiasa berdoa dan berusaha. Tetap semangat meskipun pernah terjatuh, terpuruk, dan senantiasa melibatkan Allah dalam segala hal. (*)
Penulis: Zahrotul Lubna