HIZBULWATHAN.OR.ID, YOGYAKARTA – Ibadah dalam bahasa arab artinya pengabdian seakar kata dengan abdun, abdu. Ibadah juga bisa berarti sebagai pengabdian atau penghambaan. Dimana seluruh kegiatan manusia dalam hidup di dunia ini termasuk kegiatan duniawi jika dilakukan dengan sikap batin serta niat pengabdian dan penghammbaan diri kepada tuhan maka itu disebut dengan ibadah.
Berkenaan dengan pengertian tersebut Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y. Thohari mengatakan, ibadah sebagaimana diperintahkan Allah swt, “wa ma khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun”, artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dariyat 56).
Mengapa manusia perlu beribadah, kenapa tidak cukup hanya dengan beriman dan berbuat baik saja. Mengenai pertanyaan ini, Hajriyanto menilai dalam beribadah pertama perlu dilihat dari perjalanan historisnya tidak pernah ada sistem kepercayaan yang tumbuh termasuk agama tanpa adanya ibadah atau dalam kepercayaan disebut ritual.
“Bahkan ideologi yang katanya ingin menghapus agama ternyata punya ritualnya sendiri. Juga dalam aliran kepercayaan itu juga ada ritual, inisiasi, baiat, dedikasi tertentu yang akan membuat hubungan antar mereka kuat,” kata Hajriyanto dalam Kajian Ramadhan Sehat dan Aman yang disiarkan TVMU, pada, Kamis (15/4/2021).
Kedua, ibadah erat kaitannya dengan iman dan amal soleh harus berhubungan secara organik. Menurut Hajriyanto iman dan amal saleh itu memerlukan ibadah supaya manusia lebih dekat kepada Allah swt. Karena iman yang abstrak (tidak bisa dinilai dari indrawi), maka untuk melahirkan dorongan dalam diri seseorang ke arah perbuatan yang lebih baik haruslah memiliki keakraban dan kehangatan dalam diri seseorang.
“Walhasil, ibadah itu merupakan kelanjutan dari iman bahkan menjadi pelembagaan iman,” kata Hajriyanto.
Dalam Islam, Duta Bear RI untuk Lebanon ini menjalaskan ada dua makna untuk menjelaskan ibadah yaitu pertama makna instrinsik dan kedua makna instrumental. Makna intrinsik berarti bahwa ibadah itu merupakan taqarrub-ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) disamping makna instrumental.
Menjelaskan mengenai makna instrinsik Hajriyanto mengatakan hal tersebut sudah disampaikan dalam Surat Al-Alaq ayat 19, kalla la tuti’ hu wastajud waqtarib, “sekali-kali tidak, janganlah kamu patuh kepadanya dan sujudlah serta dekatkanlah dirimu kepada Allah.” Jadi, keberadaan ibadah seperti solat, puasa adalah taqqarub-ilallah (mendekatkan diri kepada Allah.
Sementara makna instrumental dari ibadah kata Hajriyanto adalah ibadah sebagai sebuah instrumen sebagai yaitu alat untuk melakukan pendidikan terhadap dirinya sendiri. Seperti adanya puasa ramadan disebutkan dalam Al-Qur’an, la’allakum tattaqun, artinya: agar kamu bertaqwa (QS. Al-Baqarah: 183) tetapi juga untuk lid-zikri (mengingat-Ku).
“Jadi dengan puasa kita dilatih setiap hari menyadari bahwa kita selalu disaksikan Allah swt, segala gerak-gerik, perilaku dan segala amal perbuatan disaksikan Allah. Bahkan tidak ada tempat persembunyian yang tidak diketahui-Nya. Oleh karena itu, puasa menjadikan kita lebih berhati-hati dan waspada,” kata Hajriyanto menjelaskan.
Inilah maksud dari makna instrumental bahwa ibadah hadir untuk mendidik manusia menjadi sebaik-baiknya. Karena manusia selalu dididik oleh suasana seperti puasa ramadan kata Hajriyanto, maka puasa akan melahirkan sikap ikhlas bahwa apa yang kita kerjakan itu adalah semata-mata untuk menghadapkan ridha oleh Allah swt.