Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (UMTS) sebagai Perguruan Tinggi pertama di Sumatera Utara yang dilantik langsung oleh Kwartir Pusat Hizbul Wathan beberapa tahun yang lalu mulai menggeliat dengan melakukan kegiatan dan membentuk Kafilah HW. Hal tersebut diungkapkan oleh Rektor UMTS, Dra. Muhsana Pasaribu, MA saat melakukan sambutan dalam acara Orientasi Hizbul Wathan secara daring melalui Aplikasi Zoom, Kamis, (25/3/2021).
Beliau mengatakan bahwa pandemi Covid-19 mengubah gaya hidup menjadi ‘bersih’. Artinya, bersih dalam hal kebiasaan hidup dan bersih bergaul. “Menjaga pergaulan agar tidak tertular dengan melakukan kegiatan daring seperti ini.” ungkapnya. Hikmah yang bisa didapat yaitu, peserta bisa duduk manis di depan layar dengan mendengarkan narasumber yang berada jauh di daerahnya.
Diikuti kurang lebih 130 peserta yang berasal dari Mahasiswa penerima KIP kuliah dan utusan ranting, kegiatan yang digagas Ka. Biro Kemahasiswaan UMTS, Uli Anto Hutagalung SE, MPd bisa menjadi wadah bagi generasi untuk melatih softskills yang tidak banyak didapatkan di ruang kelas. “HW banyak sekali mengajarkan keterampilan dan itu mendorong mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan ortom.”
Dengan digiatkannya kegiatan HW, Muhsana berharap muncul spirit kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa ketika memakai seragam HW. “Ada kekuatan tersendiri seperti kita menggunakan jas IMM dan ortom lainnya, muncul semangat dan optimisme yang menggelora.” jelasnya.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Ramanda Muhammad Harun. Dalam pemaparannya Ketua Bidang Pengembangan dan Pembinaan Organisasi Kwartir Pusat HW tersebut menjelaskan arti dari kata Hizbul Wathan yaitu pembela tanah air. “Selaras dengan makna katanya, warna dari seragam HW pun mempunyai arti mencintai tanah air.” Warna coklat pada baju HW berarti tanah, yang artinya semua makhluk di bumi berasal dari tanah dan kembali ke tanah. Sedangkan warna biru pada celana sama dengan warna air, sebagai sumber kehidupan.
Setelah orientasi selesai, Rektor UMTS berharap kegiatan seperti ini harus dilakukan secara kontinyu. “Tak hanya yang berbentuk orientasi, nanti bisa dikembangkan dengan mengadakan kegiatan di pantai atau gunung sesuai dengan identitas HW yang terbiasa melakukan kegiatan di alam terbuka.” (Disa)