HIZBULWATHAN.OR.ID, YOGYAKARTA – Dewan Kerabat Penghela Qabilah Fatmawati Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta menyelenggarakan Up-Grading yang dilaksanakan di kediaman masing masing melalui platform Zoom Meeting (17/09/2021).
Up grading merupakan agenda rutin tahunan Dewan Kerabat Penghela yang dilaksanakan setiap awal masa bakti. Up grading kali ini mengangkat tema “Aksi Nyata Pandu Hizbul Wathan Hadapi Dinamika Organisasi” dengan harapan terwujudnya keakraban antar pimpinan, meningkatkan loyalitas dan motivasi dalam berorganisasi, dan juga meningkatkan kesadaran pimpinan akan pentingnya amanah yang dibebankan kepada para pimpinan.
Siti Afifah menyampaikan dalam materi Kepemimpinan dan ke-Dewan Kerabat-an, “bahwasannya seorang pemimpin harus mampu membangkitkan kesetiaan para pimpinan, mengedukasi dan mewariskan knowledge, memberikan saran dan nasehat dari suatu permasalahan yang muncul, dan memberikan keteladanan dalam disiplin serta menegakkan kedisiplinan”, tutur pemateri.
“Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah, tetapi menantang dan dapat memberikan progres dalam diri kita. Menjadi pemimpin dimulai dengan memimpin diri sendiri baru kemudian belajar untuk memimpin orang disekitar. Jadilah pemimpin dengan sifat kepemimpinan yang dimiliki Rasulullah. Dan ingatlah selalu bahwa setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya”, ujar Siti Afifah yang saat ini masih menjadi mahasiswi UGM.
Dalam up grading kali ini juga disampaikan materi survival oleh Pamuji Hendra Pamungkas, “hal mendasar dalam survival adalah rules of three: manusia hanya bisa bertahan 3 menit tanpa bernafas, 3 jam diluar ruangan dengan suhu ekstrim, 3 hari tanpa minum, dan 3 minggu tanpa makan”, ungkap pemateri.
Dengan adanya up grading ini, diharapkan dapat meningkatkan motivasi, tanggung jawab, serta kesadaran dalam berorganisasi bagi para pimpinan Dewan Kerabat Penghela.
Anggota Kwartir Daerah HW Kota Yogyakarta tersebut juga menyampaikan, “Kita bukanlah kalah, kita hanya sedang belajar. Kita kalah itu disaat kita menyerah. Kadangkala manusia perlu ditampar agar dia sadar”, tutur Rakanda Pamuji dalam closing statementnya.
(mayda salsabila)