YOGYAKARTA – Iklim yang tidak menentu khusunya di Indonesia sering mengalami musim penghujan tiba-tiba panas seperti tidak musim penghujan. Badan Meteoroloi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis prakiraan musim kemarau tahun ini mengalami keterlambatan sehingga hujan akan terus terjadi hingga pertengahan tahun 2022.
Kondisi itu mengakibatkan terjadinya musim kemarau di Indonesia tidak merata, sehingga bisa saja sebagian wilayah hujan dan sebagian yang lain kemarau.
“Dengan adanya iklim yang tidak menentu itulah di Indonsia pada saat bersamaan dilokasi lain banjir sedang dilokasi lain bisa saja kekurangan air karena kemarau,” kata Ibunda Ismokoweni, Ketua Bidang Litbang dan Evaluasi Kwartir Pusat Hizbul Wathan, dalam Tadarus Lingkungan, pada (26/04/2022).
Perubahan iklim lain juga terjadi karena ada proyeksi naiknya, sampai pada 2050 hasil dari penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan permukaan laun naik 20-50 cm.
“Dampak iklim yang kita rasakan ada dimana-mana ada yang menderita kekurangan air, tapi banjir ada ditempat lain. kemudian ribuan spesies punah, hasil pertanian menurun hingga adanya pemanasan global,” kata Ibunda Ismokoweni dalam forum yang diadakan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah.
Dari data yang dirilis Bank Dunia 2021, Indonesia sendiri berada di peringkat ketiga teratas negara dalam hal kerentanan iklim, dengan risiko tinggi pada banjir, dan panas ekstrem. Kondisi itu sangat berdampak pada krisis iklim, ratusan juta orang menderita kekurangan air, banjir di daerah dataran rendah pesisir, gelombang panas, dan kekeringan, ribuan spesies akan punah dan hasil pertanian dapat menurun secara drastis.
Padahal, kata Ibunda Ismokoweni sejumlah kebijakan untuk merespon iklim global telah dilakuan, diantaranya ; Protokol Kyoto (1997): dasar bagi negara-negara industri mengurangi emisi gas rumah kaca, Persetujuan Paris (2015): mengawal reduksi emisi karbon dioksida, Ratifikasi Paris Agreement melalui UU Nomor 16 Tahun 2016, Dokumen NDC dan Long Term Strategy (Maret, 2021), hingga Pakta Iklim Glasgow: meninjau ulang target pengurangan emisi di tahun 2022 agar sesuai peta jalan 1.5 derajat.
Peran Hizbul Wathan dalam Merawat Lingkungan
Dari sejumlah perubahan iklim, dampak hingga kebijakan yang ada, kader Muhammadiyah dan Hizbul Wathan harus terus berbuat dan merawat lingkungan demi menyelamatkan bumi. Terlebih kata Bunda Ismokoweni, di Hizbul Wathan ada anggota dar usia dini sampai usia lanjut (tua).
Hal ini menurutnya lebih bisa bekerjasama dan menerapkan untuk bisa merawat lingkungan dimulai dari unsur terkecil Hizbul Wathan yang berada di usia dini PAUD sampai pada unsur usia lanjut (tua).
“Diantara yang sudah dilakukan di Hizbul Wathan adalah merubah mindset (pola pikir), mengubah karakter mengenai pengetahuan lingkungan, memberikan pengetahuan akan kemanfaatan lingkungan hingga ketrampilan bagaimana mengolah sampah,” kata Bunda Ismokoweni.
Adapun peran nyata lain Hizbul Wathan dalam rangka merawat lingkungan adalah mengadakan tanam pohon di setiap melakuan camp (perkemahan) menjadi ciri khas Hizbul Wathan disetiap melakukan camp.
“Selain itu, Hizbul Wathan melakukan pola asuh pohon dan sampah, menjalin kerjasama dengan Komunitas Jaguar, progam nyampah asyik, hingga melakukan teknik media tanam dengan plastik (metamplas),” kata Bunda Ismokoweni menambahkan.
Disamping peranannya Hizbul Wathan telah bersinergi dengan berbagai komunitas peduli lingkungan seperti Wanadri dan World Cleanup Day (WCD) sebagai bentuk kepedulian Hizul Wathan pada lingkungan hidup.
Peran itu, menurut Bunda Ismokoweni akan terus diterapkan di Hizbul Wathan bahkan akan terus ditingkatkan dengan bersinergi dengan berbagai pihak komunitas atupun jejaring lain yang konsen di bidang lingkungan hidup.