Oleh: Ramanda Budi Sudjijono
GK HW dimasa kini dan yang akan datang berada pada jaman kemajuan teknologi terutama komunikasi dan informasi; jaman yang selalu berubah dengan cepat, yang kadang dengan pola diskontinyu (era global)
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) pada dasarnya merupakan selendang Negara Kesatuan RI dan Persyarikatan Muhammadiyah; pada sisi lain PTM juga sebagai ibu pengasuh (almamater) bagi para mahasiswa – nya
Sarjana PTM (ibaratnya) sebagai anak panah yang akan dilepas dari busurnya ke tengah masyarakat, untuk mencapai visi, misi PTM dan atau Persyarikata Muhammadiyah
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (GK HW) adalah tempat mencetak (mendidik dan melatih) kader dan atau pemasok kader bagi persyarikatan, islam dan NKRI
PTM menjalankan tugas , fungsi, peran dan tanggung jawabnya memiliki “Tri Dharma Perguturan Tinggi” dan ‘Dakwah’ (pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan dakwah)
Dari hal – hal tersebut diatas, maka Organisasi, Manajemen, Kepemimpinan, Anggota dan aktivitas penghela/ penuntun GK HW di PTM sudah seharusnya memiliki konggruensi (keselarasan) dengan “Tri Dharma Perguruan Tinggi” dan ‘Dakwah’
- A. Organisasi, Manajemen, Kepemimpinan dan Anggota Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (OMKA GK HW DI PTM)
1. Organisasi
Organisasi abstrak, tidak dapat dilihat, tetapi selalu kita rasakan eksistensinya hampir disemua aspek kehidupan; melingkupi dan mengatur kehidupan. Organisasi sebagai kesatuan sosial kumpulan individu terkoordinasi – terstruktur secara sadar, sehingga bisa sebagai sistem saling berinteraksi (terdiri berbagai kegiatan saling berhubungan). Kelompok individu bekerja sama dengan memiliki pemimpin, untuk mencapai tujuan. sehingga anggota mempunyai tugas dan fungsi / peran masing – masing; dan sebagai kesatuan mempunyai tujuan dan batas yang jelas (sehingga organisasi dapat dipisahkan dari lingkungannya).
1.1.Organisasi Klasik, Neo Klasik, Modern
Klasik, Perhatian / fokus anatomi organisasi dan manusai makluk rasional tidak punya aspek sosial. Berpegang pada prinsip ; perlu keseimbangan tanggung jawab dan wewenang, pemisahan dan pengelompokan tugas sejenis,
Neo Klasik, perhatian aspek sosial, kurang / abaikan aspek anatomi organisasi. Berpegang pada prinsip organisasi system sosial, antar anggotanya merupakan interaksi sosial, kelompok non formal punya norma yang pengaruhi sikap dan prestasi kelompok. Interaksi sosial biasa/ perlu pergerakan positif (saluran komunikasi) supaya tujuan individu/ kelompok bersesuaian dengan tujuan organisasi
Modern, perhatian pada aspek Teknologi yang digunakan dan lingkungannya. Prinsip : Teknologi dan lingkungan berpengaruh terhadap bentuk organisasi, Kemampuan adaptasi tepat akan mencapai keberhasilan, Bentuk / cara kelola harus disesuaikan dengan teknologi/ lingkungan.
Organisasi GK HW menggunakan azas organisasi modern, yang menekankan pada prinsip ber – adaptasi (bukan kekuatan) dalam mencapai keberhasilan; selalu menyesuaikan dengan teknologi terkini dan belajar sesuai dengan lingkungan. Organisasi yang selalu berubah dan atau belajar dengan lingkungan (learning organisation). Namun demikian karena GK HW adalah organisasi sosial kemasyarakatan (dakwah), maka asas/ prinsip neo klasik masih tetap digunakan dalam tata kelola gerakanya; antar anggotanya merupakan interaksi sosial, kelompok non formal punya norma yang pengaruhi sikap dan prestasi kelompok. Interaksi sosial biasa/ perlu pergerakan positif (saluran komunikasi) supaya tujuan individu/ kelompok bersesuaian dengan tujuan organisasi.
1.2.Struktur organisasi matrik
Umumnya organisasi muncul dalam bentuk struktur fungsional, membesar dan jadi rumit, mengubah bentuk menjadi struktur produk (kadang-kadang beberapa bagian tetap fungsional) menjadi struktur hibrid, apabila rentang kawasan sangat luas biasa memadukan dengan struktur geografis. Jika kesemua bentuk/ paduan bentuk ini tidak lagi mampu mewadai dinamika organisasi mencapai visi, misi dan tujuanya dengan baik, biasanya mencoba menggunakan struktur matrik.
Struktur matrik memanfaatkan berbagai kelebihan dari struktur fungsional dan produk (serta geografis) secara simultan pada semua bagian organisasi; struktur hibrid (campuran) tidak simultan diseluruh bagian. Kondisi yang sesuai untuk struktur matrik: jika ada tekakan ganda dari dua atau lebih sektor krisis secara simultan, lingkungan kompleks sering berubah, memiliki ketidakpastian tinggi, masalah / isu utamanya bersifat ganda, seperti: lokasi – fungsi, produk – fungsi, kualitas – efisiensi, efisiensi – efektifitas dan lain sebagainya; memerlukan hubungan vertikal/ horizontal yang efektif, perlu penggunaan sumber secara efisien namun tetap efektif. Struktur matrik hanya terdapat pada puncak organisasi (tidak semua anggota harus mempunyai atasan ganda) dan sangat pas untuk organisasi yang bersifat kolegial.
Hampir semua Perguruan Tinggi (PT) dalam posisi keadaan kondisi seperti diatas, maka semua PT (termasuk PTM) menggunakan struktur organisasi matrik. Untuk ini sebaiknya GK HW di PTM menggunakan struktur roganisasi yang konggruen (selaras) dengan struktur yang di gunakan PTM “struktur matrik”, hal ini penting karena kondisi yang di alami GK HW relatif akan sama dengan kondisi yang di alami PTM dan ini juga untuk memudahkan komunikasi, interpretasi, serta kesamaan pola gerakan/ irama.
Gambar
|
STRUKTUR MATRIK
|
GK HW DI PTM
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
………………. ………………….
Jabatan penting dalam struktur matrik GK HW: pimpinan tertinggi (pimpinan GK HW PTM) harus menyeimbangkan kekuatan fungsi dan produk, apabila gagal akan menjadi fungsional dan atau produk; perlu memberikan delegasi dan merangsang kontak / koordinasi. Pimpinan matrik (pimpinan departemen : diklat, litbang, pengangabdian masyarakat dan dakwah), merupakan pimpinan salah satu sisi matrik, yang biasanya memiliki masalah utama tentang kewenangan terhadap bawahan yang tidak seratus persen (sebagian kewenangan GK HW fakultas) sehingga perlu berunding/ kompromi dengan argumentasi. Pimpinan dua atasan (bagian : diklat, litbang, pengabdian masyarakata dan dakwah GK HW tingkat fakultas) merupakan jabatan yang sulit karena menghadapi tuntutan yang berbeda tetapi sah dari dua atasan sehingga perlu keberanian “berunding/ kompromis argumentasi” terhadap kedua atasanya, hubungan baik dan loyalitas ganda terhadap atasan.
Kelebihannya struktur matrik GK HW PTM : mampu mencapai tingkat koordinasi yang cocok untuk tuntutan ganda, pemanfaatan SDM GK HW fleksibel menurut jenis produk maupun kegiatan, sesuai untuk pengambilan keputusan yang sifatnya rumit serta untuk lingkungan yang tidak stabil dengan frekuensi perubahan yang tinggi, memberikan kesempatan yang sama untuk pengembangan ketrampilan fungsional maupun ketrampilan integrasi menurut produk, dan sesuai untuk GK HW PTM dengan beberapa jenis produk berbagai sarjana fakultas dan atau kader pendidik/ pelatih, peneliti, pengabdi masyarakat, dakwah.
Kekurangannya: wewenang ganda menyebabkan munculnya kebingungan dan frustasi; SDM GK HW perlu terlatih agar terampil saling berhubungan dalam matrik, menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi penyelesaian masalah, akan lancar jika SDM GK HW mengerti sifat matrik (menganut hubungan kolegial, bukan vertikal), dan perlu tuntutan ganda dari lingkungan agar organisasi GK HW PTM tetap seimbang.
2. Manajemen, TQM
Era global membawa implikasi kepada organisasi GK HW. Organisasi GK HW harus meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya dengan cara perbaikan berkelanjutan, perampingan proses dan memotong biaya. Program yang tepat untuk ini adalah manajemen kualitas total (Total Quality Management, TQM) dan rekayasa ulang proses upaya/ usaha (Business Process Re-Engineering, BPR).
2.1.Total Quality Management GK HW merupakan filsafat manajemen yang didorong oleh pencapaian kepuasan anggota secara konstan melalui perbaikan berkelanjutan (continous improvement) dari semua proses organisasi; fokus anggota, perbaikan berkelanjutan, perbaikan kualitas dari semua proses organisasi, pengukuran akurat dan pemberian kuasa pada SDM GK HW. Ini semua membawa implikasi untuk perbaikan – pengembangan GK HW bahwa, SDM GK HW akan berpikir ulang terhadap apa yang mereka lakukan dan lebih terlibat pengambilan keputusan di dalam organisasi GK HW.
2.2.Business Process Re – Enginering (BPR) memiliki filosofi penyempurnaan / perbaikan. BPR mempertimbangkan kembali bagaimana kerja dilakukan dan organisasi GK HW di struktur seandainya kerja dan organisasi dicipta dari nol/ awal. BPR bertujuan mencapai perbaikan – perbaikan langkah dalam kinerja dengan cara mendesain ulang proses dimana organisasi beroperasi, memaksimumkan kandungan yang memberi nilai tambah dan meminimkan / menurunkan yang tidak memberi nilai tambah. Dengan BPR dimungkinkan untuk mempengaruhi perbaikan langkah dalam kinerja proses guna revitalisasi.
3. Kepemimpinan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Kepemimpinan GK HW adalah usaha supaya SDM GK HW mau melakukan sesuatu yang lebih untuk mencapai tujuan organisasi / kelompok. Gaya kepemimpinan GK HW dapat berasal dari kepribadian pemimpin dan struktur tugasnya yang melahirkan tiga gaya: situasional, sosial dan perpaduan situasi dan sosial. Kepemimpinan dapat berorientasi pada produk / hasil, bawahan / anggota dan perpaduan orientasi hasil dan anggota.
3.1.Kuadran kepemimpinan, memberikan perhatian bahwa seorang pemimpin memiliki pertimbangan (terhadap manusia / anggota) yang menggambarkan hubungan pemimpin dan anggota dengan situasi saling percaya, hangat, kekeluargaan dan menghargai ide, dan struktur pemrakarsaan menjelaskan pemimpin itu mengatur dan menentukan: pola organisasi, peran dan pelaksanaannya serta saluran komunikasi.
Kepemimpinan GK HW diharapkan memiliki struktur pemrakarsaan tinggi dan pertimbangan yang tinggi juga.
3.2.Kisi Manajerial, memberikan perhatian pada hasil/ tugas dan manusia/ anggota GK HW. Kepemimpinan tipe 1,1 (diserter), pemimpin menghindari segala bentuk tanggung jawab, perhatian pada hasil dan manusia sangat kurang. Kepemimpinan 1,9 (country club), pemimpin lebih menekankan pada kepentingan manusia atau hubungan kerja dan sedikit memberi perhatian pada hasil yang berakibat hasil menjadi sangat minimum. Kepemimpinan 9,1 (task leadership), pemimpin sangat mementingkan tugas / hasil, akibatnya bawahan / anggota dianggap tidak penting yang sewaktu-waktu dapat diganti; pemimpin tipe ini otoriter, ketrampilan dan peningkatan anggota dianggap tidak perlu. Kepemimpinan 5,5 (midlle of the road), pemimpin cukup memperhatikan anggota dan cukup juga memerhatikan terhadap hasil / tugas sehingga akan memberikan hasil dan kepuasan pada anggota sedang-sedang saja; kepemimpinan ini tidak memiliki dasar untuk berinovasi / kreatif, dalam jangka panjang akan ketinggalan. Kepemimpinan 9,9 (team leadership), pemimpin sangat menaruh perhatian besar terhadap hasil maupun hubungan kerja, sikap ini akan mendorong timbulnya kebutuhan anggota untuk berpikir dan berprestasi, tercipta hubungan matang yang bermanfaat bagi organisasi. Kepemimpinan GK HW diharapkan pada tipe ini (team leadership), kepimimpinan ini memberikan keuntungan: meningkatkan hasil, hubungan baik antar anggota / kelompok, efektivitas, kreativitas dan saling pengertian / empati antar individu anggota GK HW.
3.3. Kontinum kepemimpinan, memberikan perhatian kepada kepemimpinan yang berorientasi/ terpusat kepada pemimpin dan terpusat pada anggota/ bawahan. Kepemimpinan GK HW diharapkan memiliki keseimbangan perilaku yang terpusat pada pemimpin dan anggota, yang dalam proses pengambilan keputusan dengan cara mengemukakan keputusan sementara yang masih dapat diubah.
3.4. Kepemimpinan Kharismatik Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, kepemimpinan yang heroik atau luar biasa dalam perilaku tertentu memiliki karakter : percaya diri, memandang jauh kedepan dan mampu membuat, mengungkap dan meyakini (visioner), kontraversi, agen perubahan dan peka terhadap lingkungan.
3.5. Kepemimpinan Transformasional Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, pemimpin yang mampu memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan dan memiliki kharisma, penuh dengan inspirasi
4. Anggota Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
4.1. Anggota GK HW memiliki tujuh kebiasaan efektif (7 habit efektif). Proaktif, merujuk pada tujuan akhir, dahulukan yang utama, berpikir menang – menang berusaha memahami baru ingin dipahami, mewujudkan sinergi dan mengasah gergaji.
(1). Jadilah proaktif. Anggota GK HW bersikap proaktif lebih dari sekedar mengambil inisiatif; artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (dimasa lalu, sekarang maupun yang akan datang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip dan nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Anggota GK HW proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, tidak bersikap reaktif, tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan empat karunia manusia yang unik: kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi dan kehendak bebas, dan dengan menggunakan pendekatan dari dalam keluar untuk menciptakan perubahan. Mereka SDM GK HW bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, adalah keputusan yang paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.
(2). Merujuk pada tujuan akhir. Segalanya diciptakan dua kali, pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu anggota GK HW, tim dan organisasi membentuk masa depannya masing-msing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan secara mental. Mereka SDM GK HW bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental SDM GK HW mengidentifikasikan prinsip, nilai, hubungan dan tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu anggota GK HW, tim atau organisasi. Pernyataan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi dan nilai adalah inti dari kepemimpinan.
(3). Dahulukan yang utama. Mendahulukan utama dalah penciptaan kedua SDM GK HW secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan apa yang telah diciptakan secara mental. Hal-hal sekunder tidak didahulukan, hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu anggota GK HW dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.
(4). Berpikir menang-menang. Anggota GK HW berpikir menang-menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang-menang adalah didasarkan pada kelimpahan ketimbang pada kelangkaan dan persaingan. Berpikir menang-menang artinya tidak berpikir logis (menang/kalah) atau berpikir seperi martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bertugas/ berjuang, para anggota GK HW berpikir saling bergantung. Berpikir menang – menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing – masing individu anggota GK HW untuk mencari solusi yang sama – sama menguntungkan. Berpikir menang – menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan dan imbalan.
(5). Berusaha untuk memahami dulu baru ingin dipahami. Kalau kita anggota GK HW mendengarkan dengan seksama lebih dahulu untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menghadapinya; maka kita anggota GK HW memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan, berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan diantara keduanya.
(6). Mewujudkan Sinergi. Sinergi adalah menghasilkan alternatif ketiga, sikap memahami dan bahkan memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim yang sinergistis memanfaatkan masing-masing individu anggota GK HW, sehingga secara keseluruhannya lebih besar dari pada jumlah total dari bagian-bagiannya. Hubungan-hubungan serta tim seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan. Mereka tidak puas dengan kompromi atau sekedar kerja sama. Melainkan mereka kejar kerjasama yang kreatif.
(7). Mengasah gergaji. Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri anggota GK HW terus menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental dan rahaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita untuk menerapkan kebiasaan – kebiaan efektif lainnya. Bagi organisasi GK HW, tujuh (7) kebiasaan efektif menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral dan memposisikan organisasinya dijalan pertumbuhan yang baru.
4.2. Perilaku Pemimpin dan Kesiapan Pengikut. perhatian pada perilaku pemimpin mengenai tugas/ hubungan sedangkan perilaku pengikut mengnai kemampuan dan kemauan. Perilaku anggota GK HW, dimungkinkan ada empat tipe dalam hal kesiapan sebagai pengikut : siap 4 (S 4) mampu dan mau, S 3 mampu tetapi tidak mau, S 2 tidak mampu tetapi mau, S 1 tidak mampu dan tidak mau. Disini diharapkan anggota GK HW pada tipe situasi S 4, mampu dan mau.
Kepribadian anggota Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Kepribadian adalah jumlah total cara individu anggota GK HW berinteraksi dan bereaksi dengan orang lain, determinan dianggap dari faktor keturunan dan lingkungan dan diperlemah/ dipengaruhi oleh situasi dan kondisi.
4.3. Tempat Kedudukan Kendali. derajat sejauh mana individu anggota GK HW meyakini mereka menguasai nasib mereka dikendalikan dari internal atau eksternal. Tipe kedudukan kendali internal ; Individu anggoat GK HW yang meyakini bahwa mereka mengendalikan apa yang terjadi pada diri mereka, Kesehatan lebih baik, Aktif cari informasi sebelum mengambil keputusan, Motif berprestasi tinggi, Upaya ingin kendalikan lingkungan, Kinerja lebih baik. Baik melakukan tugas canggih yang menuntut professional/ manajerial.
Tempat kedudukan kendali eksternal; Yang terjadi pada diri mereka (anggota GK HW) dikendalikan oleh kekuatan luar, seperti misalnya kemujuran dan peluang, lebih tunduk, bersedia mengikuti pengarahan, sukses bergantung pada kepatuhan akan pengarahan. Tipe eksternal ini baik untuk melakukan pekerjaan terstruktur dan rutin. SDM GK HW diharapkan memiliki tipe kedudukan kendali internal.
4.4. Machiavellianisme, adalah derajat sejauh mana individu bersifat pragmatis, jaga jarak emosional. Anggota GHK HW yang memiliki ‘Mach’ tinggi akan berkembang/ berhasil jika berinteraksi tatap muka langsung, situasi dengan peraturan minimum, sehingga memungkinkan ruang gerak/ improvisasi, keterlibatan emosional rincian tak relevan, sehingga dapat alihkan perhatian yang mach rendah. Anggota SDM GK HW diharapkan memiliki ‘mach’ yang tinggi.
4.5. Penghargaan Diri (Self Esteem, SE), adalah derajat suka/ tidak suka individu terhadap diri sendiri. SE tinggi akan lebih di banding SE rendah dalam hal: harapan sukses dan berani mengambil resiko; melakukan pekerjaan yang tidak konvensional. Anggota GK HW diharapkan memiliki SE yang tinggi.
4.6. Pemantauan Diri (Self Monitoring, SM), adalah derajat yang mengukur kemampuan untuk menyesuaikan perilaku pada faktor situasional luar. SM tinggi lebih dibanding SM rendah dalam hal: cermat, adaptif, berhasil dalam posisi manajerial/ kepemimpinan yang menuntut peran ganda/ kontradiktif; mampu memasang wajah yang berlainan untuk khalayak yang berlainan. Anggota SDM GK HW diharapkan memiliki SM yang tinggi.
4.7. Pengambilan Resiko (Risk Taking, RT), adalah derajat yang mengukur berapa lama/ waktu dan informasi yang diperlukan untuk ambil keputusan/ pilihan. RT tinggi lebih dibanding RT rendah dalam hal: cepat dalam pengambilan keputusan dengan info yang sedikit; lebih efektif dan efisien (terutama untuk pekerjaan yang spesifik, misal butuh kecepatan pengambilan keputusan. Anggota SDM GK HW diharapkan memiliki RT yang tinggi.
4.8. Tipe Kepribadian A dan B. Tipe ‘A’ mengindikasikan seseorang yang secara agresif terlibat pergulatan kronis dan tak henti mencapai lebih banyak dalam waktu lebih singkat dan jika perlu bertabrakan melawan orang/ hal lain. Tipe ini selalu bergerak, jalan dan makan dengan cepat; tidak sabar dengan laju peristiwa; keras berpikir/ lakukan 2 (dua) hal atau lebih sekaligus; tidak dapat atasi waktu luang; dan terobsesi oleh bilangan sebagai pengukur sukses.tipe ‘A’ ini juga seorang pekerja cepat, mementingkan kuantitas, pengambilan keputuisan buruk (karena Terlalu cepat), mengandalkan pengalaman yang lalu. Dan tidak sediakan waktu untuk kembangkan pemecahan unik untuk masalah baru. Tipe ‘B’ tidak merasa menderita agresi waktu, tidak merasa perlu persoalkan prestasi kecuali bila di tuntut situasi, bermain untuk kesenangan /kesantaian (bukan keunggulan dengan biaya apapun) dan dapat santai, senang bergembira dalam melaksanakan tugas. Tipe kepribadian ‘B’ ini juga jarang diganggu hasrat peroleh hal yang jumlahnya meningkat secara liar, lebih bijak, taktis dan kreatif, serta tidak tetgesa-gesa dan bertabrakan dengan orang dan atau hal – hal tertentu. Tipe ‘B’ ini adalah tipe seorang ‘eksekutif’.
Anggota SDM GK HW diharapkan memiliki tipe kepribadian ‘B’ yang mengindikasikan seseorang yang lebih tepat sebagai seorang eksekutif tidak merasa dalam hal agresi waktu dan presatasi (kecuali tuntutan situasi), santai dan bermain untuk kesenangan/ kesantaian (bukan keunggulan dengan biaya apapun) dan dapat santai, senang bergembira dalam melaksanakan tugas.
Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang merupakan hasil interaksi antara kebutuhan dan faktor luar yang mempengaruhi perilaku seseorang. Usaha supaya orang lain mau melakukan sesuatu. Kebutuhan adalah kekurangan yang dirasa individu pada saat tertentu sehingga merangsang untuk menginginkan sesuatu.
4.9. Motivasi Positif dan Negatif, Motivasi positif, adalah proses memotivasi/ mempengaruhi dengan menambah tingkat kepuasan tertentu misalkan dengan promosi, insentif, kenaikan tingkat; kenaikan fungsi. Peran dan tanggung jawab, perbaikan kondisi. Sedangkan motivasi negatif, proses memotivasi / mempengaruhi dengan menakut-nakuti (secara paksa) misalkan dengan cara demosi, kehilangan jabatan; diturunkannya fungsi, peran dan tanggung jawab, pengurangan kondisi kerja. Anggota GK HW diharapkan termasuk SDM yang memiliki motivasi positif.
4.10. Asumsi manusia X dan Y, Individu pada asumsi ‘X’ memiliki sifat dasar yang malas, menghindari pekerjaan/ tanggung jawab, menginginkan keberhasilan tanpa kerja keras sehingga dalam kegiatan/ aktivitas harus dipaksa, diawasi, diarahkan, ambisi relatif kecil dan menginginkan jaminan diatas segalanya. Motivasi kerja/ perjuangnya hanya untuk memperoleh motif finansial. Individu pada asumsi Y memiliki sifat dasar rajin, bekerja merupakan kodrat manusia, mampu mengendalikan dan mengarahkan diri, tujuan adalah sesuatu prestasi, mencari tanggung jawab, menginginkan keberhasilan dengan kerja keras/ cerdik, memiliki inisiatif, mampu menyelesaikan masalah, beranggapan bahwa intelektual manusia baru digunakan sebagian saja. Motivasi kerja/ perjuanganya untuk memperoleh prestasi kerja yang optimum (motif non finansial). Anggota SDM GK HW diharapkan senagai individu dengan asumsi ‘Y’
4.11. Hirarki Kebutuhan, Kebutuhan manusia secara hirarkis distrukturkan dimana satu kebutuhan akan dipenuhi lebih dulu, baru kebutuhan selanjutnya ingin dipenuhinya. Secara hirarkis berturut-turut: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Individu dapat saja tidak mengikuti hirarkis kebutuhan dari kebutuhan fisiologis menuju aktualisasi diri, tetapi ia lebih mendahulukan / dominan kebutuhan sosialnya lebih dulu baru disusul penghargaan dan aktualisasi diri (berarti ia mengabaikan fisiologis dan rasa aman). Anggota GK HW diharapkan memiliki motivasi pada tingkat ’aktualisasi diri’
4.12. Existence – Relatedness – Growth (ERG), kebutuhan manusia secara hirarkis distrukturkan dimana satu kebutuhan akan dipenuhi lebih dulu, baru kebutuhan selanjutnya ingin dipenuhinya. Secara berurutan kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan eksistensi, keterkaitan dan pertumbuhan. Anggota SDM GK HW diharapkan berada pada tingkat motivasi pertumguhan.
4.13. Tiga Kebutuhan Dasar, sebagai motivator individu : need for achievement (N-Ach) merupakan kebutuhan manusia untuk berprestasi; need for power (N-Pow) merupakan kebutuhan manusia untuk berkuasa/ menguasai; need for affiliation (N-Aff) merupakan kebutuhan manusia untuk berafiliasi pada masyarakat/ lingkungannya. Anggota SDM GK HW diharapkan memiliki kebutuhan dasar yang tinggi akan N – Ach, N – Pow, N – Aff, sehingga harapan sukses berhasil sebagai pemimpin lebih tinggi.
B. MODEL AKTIVITAS/ GERAKAN PENGHELA PENUNTUN Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah
Konggruensi dengan dharma PTM 3 dharma + dakwah (pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan dakwah)
Berlandasan pada policy PPM, the real and modern scout, OMKA, model aktivitas & filsafat dasar sistem diklat pengembangan SDM GK HW.
Kegiatan mengenai :
Pendidikan, penelitian, pengambdian & dakwah
Pandu sejati dan modern (the real and modern scout)
Penentuan benchmark (patok duga) dan keinginan melampaui patok duga pandu di negara maju
Bersifat :
Laboratoris
kajian, diskusi, seminar, simposium
konsepsi,uji coba konsepsi, eksekusi/ pelaksanaan konsep, uji konsepsi
pengembangan.